Suatu malam menjelang tidur, seorang bocah belum genap delapan tahun berbisik pada saya.
"Mama.. apa cita-cita yang masih ingin Mama wujudkan ?"
Ya, dia memanggil saya "Mama" tapi buat saya dia adalah teman yang dikirimkan Tuhan untuk menemani hari-hari saya.
"Mama.. apa cita-cita yang masih ingin Mama wujudkan ?"
Ya, dia memanggil saya "Mama" tapi buat saya dia adalah teman yang dikirimkan Tuhan untuk menemani hari-hari saya.
Kembali tentang pertanyaan bocah itu. Hmmm... cita-cita? Sejenak saya menarik nafas dalam. Cita-cita lazimnya ditanyakan kepada anak-anak. Sangat jarang ada yang bertanya tentang cita-cita kepada seorang perempuan berumur 35 tahun. Apa arti sebuah cita-cita setelah terjebak rutinitas harian yang melelahkan? Yang penting kebutuhan biaya hidup terpenuhi, pekerjaan rumah tangga beres, tugas mengasuh anak selesai. What's else ?
Tapi pertanyaan ini, telah menjadi lecutan kecil yang mengingatkan saya bahwa siapapun boleh bahkan harus punya cita-cita. Pikiran saya menerawang jauh, membayangkan apa yang selama ini saya bayangkan. Punya toko. Bawa bapak ibu berhaji. Ada usaha clothing brand. Punya daycare. Buka franchise jasa expedisi. Usaha kuliner. Ahhh banyaaak... tapi apa yang sudah saya lakukan untuk meraihnya ? Nothing.
Bukan saya tidak berusaha. At least this is what i can do ( untuk saat ini ). Itulah yang bisa saya lakukan sembari melakukan tugas wajib saya sebagai Ibu. Mensyukuri usaha kecil yang telah berjalan sepertinya adalah cara terbaik memberi penghargaan atas apa yang telah saya lakukan.
Bukan saya tidak berusaha. At least this is what i can do ( untuk saat ini ). Itulah yang bisa saya lakukan sembari melakukan tugas wajib saya sebagai Ibu. Mensyukuri usaha kecil yang telah berjalan sepertinya adalah cara terbaik memberi penghargaan atas apa yang telah saya lakukan.
Dan, diam-diam saya merumuskan cita-cita saya yang paling utama. Yaitu kesuksesan mereka. Menghantarkan dia dan adik (-adiknya) menjadi pribadi tangguh berkarakter. Berimtaq dan cerdas dalam iptek. Matang dalam berfikir dan bertindak. Bukan menuntut harus selalu menjadi nomor satu tapi menjadi pribadi yang dewasa, tegar dalam menghadapi segala permasalahan.
Itu cita-cita saya.
2 Komentar
Setujuu!!! Cita-cita itu hak setiap manusia, kayak kita2 ini jg masih boleh banget punya cita2, yi : mewujudkan cita2 anak2 kita dek😊 SEMANGAAT yaa...💪💪💪💪
BalasHapusAahh keren, betul banget mbak ku sayang!
HapusMari kita terbang bersama impian mereka.. tp bukan memaksa mereka terbang dalam impian kita.. ^^
Haloo, terima kasih sudah membaca ! Jika kalian mempunyai pertanyaan terkait artikel ini, silakan drop pertanyaan di kolom komentar, bukan melalui media sosial. Jangan gunakan profil 'unknown' ya .. ( maaf banget niih, komentar 'unknown' dan meninggalkan link hidup tidak saya tampilkan )